Pemberdayaan Kelompok Tani Terdampak Serangan Monyet Ekor Panjang dengan Berorientasi pada Kearifan Lokal dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan Tamansari Kabupaten Boyolali

Kecamatan Tamansari Kabupaten Boyolali secara astronomis terletak pada 109o 08’ – 109o 10’ BT dan 6o 50’ – 6o 53’ LS. Posisi astronomis tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari berada dalam posisi daerah dengan iklim tropis dengan dua musim, yaitu kemarau dan penghujan. Kecamatan Tamansari dilihat dari posisi geostrategik memiliki potensi strategis dalam bidang ekonomi, mengingat Kecamatan Tamansari berada pada posisi simpang jalur dua Kabupaten yang mendukung terhadap jalur distribusi perekonomian nasional yaitu jalur Boyolali klaten Yogyakarta. Topografi Kecamatan Tamansari termasuk dalam kategori dataran sedang sampai tinggi, yaitu memiliki ketinggian antara 600 -1500 meter diatas permukaan air laut (dpal), berada pada perbatasan antara Boyolali Klaten dan Sleman. Dan lereng gunung Merapi lahannya yang subur dan apabila terjadi erupsi sampai saat ini tidak begitu berbahaya karena ada gunung yang melindungi dari aliran lahar dingin maupun lahar panas yaitu gunung Bibi serta posisi corong/mulut kawah yang menghadap ke arah barat laut, sehingga apabila terjadi erupsi dampaknya bukan aliran lahar tetapi hujan abu. Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah bertani dan beternak, sehingga sumber pendapatan yang diperoleh berasal dari pertanian dan peternakan, hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi lahan pertanian yang luas dan subur, suhu udara yang dingin. Sehingga sebelum tahun 2010 bisa dikatakan wilayahnya subur dan makmur masyarakatnya tentram, aman dan nyaman karena banyak sumber pendapatan baik dari hasil pertanian (tanaman pangan, sayuran, buah buahan), Perkebunan (cengkeh, tembakau, lada) Peternakan (sapi perah, sapi pedaging, kambing, ayam). Pada tahun 2010 terjadi erupsi Merapi yang dasyat, walaupun bukan daerah aliran lahar panas maupun dingin tetapi terkena dampak awan panas dan hujan abu yang mengakibatkan kerusakan ekosistem di lereng gunung Merapi maupun Merbabu, pohon pohon besar maupun kecil di wilayah Taman Nasional Gunung Merapi yang berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Tamansari hangus terkena awan panas. Semua penduduk dan ternak di 4 desa yaitu Desa Sangup, Mriyan, Lanjaran, Jemowo dievakuasi ke wilayah yang lebih aman di sekitar kota Boyolali. Lahan pertanian hampir semua di wilayah Kecamatan Tamansari tertutup abu, Tanaman hampir semua lanas akibat kena hujan abu. Hal inilah merupakan awal pergerakan Monyet Ekor Panjang (MEP) yang awalnya hidup di wilayah lereng Merapi dan Merbabu karena hawa panas dan cadangan makanan tidak ada maka monyet yang masih hidup turun ke wilayah perdesaan di sekitar wilayah Tamansari untuk bertahan hidup. Dengan berjalannya waktu monyet-monyet tersebut mulai nyaman di wilayah tersebut. Mereka mencari makanan dari tanaman pangan yang ditanam oleh penduduk setempat. Seiring berjalannya waktu, perkembangan MEP tidak terkendali dan semakin merusak tanaman pangan di desa sehingga penduduk tidak bisa memanen dalam waktu yang lama. Di awal memang petani tidak merasa dirugikan karena hanya sebagian kecil yang dicuri. Semakin lama monyet - monyet merasa aman dan nyaman tidak kembali ke habitatnya yaitu di wilayah lereng gunung atau wilayah Taman Nasional karena di habitat lama tidak ada makanan. Semakin lama MEP berkembang biak dengan cepat dan menurut penelitian bahwa monyet jantan mampu mengawini betina 40 sampai 50 ekor dalam sehari semalam dan usia kehamilan 6 bulan sudah lahir dengan jumlah anak bisa 2 sampai 4 ekor per induk. Akibat perkembangbiakan yang cepat ini apabila terjadi perkelahian antar monyet pejantan yang kalah akan lari pindah ke tempat lain untuk membentuk koloni baru sehingga disinyalir empat desa yang posisinya berbatasan dengan lereng gunung Merapi serta Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) di setiap dukuh sudah terbentuk koloni - koloni yang markasnya di pereng / bibir jurang dan untuk yang enam desa juga sudah mulai membentuk koloni. Berdasarkan survei yang lebih luas, diperoleh estimasi jumlah kelompok monyet ekor panjang di lereng Merapi berkisar antara 750 - 850 kelompok, dan ukuran populasi antara 13.321 - 23.100 individu. Monyet Ekor Panjang memiliki aktivitas rutin harian seperti mengambil makanan, memasukkan makanan ke dalam mulut, menyimpan makanan ke dalam kantung pipi, serta mengunyah dan menelan makanan. Di sisi lain monyet seringkali merusak tanaman pertanian, mengurangi hasil panen, dan merugikan penghidupan petani. Sehingga perekonomian masyarakat yang berprofesi sebagai petani merasakan dampak dari serangan Monyet Ekor Panjang tersebut.
Tujuan Proyek Inovasi ini adalah : 1. Memulihkan semangat kelompok tani untuk kembali melakukan budidaya pertanian. 2. Terlaksananya pencegahan dan pengendalian yang efektif berupa pembuatan percontohan budidaya pertanian anti monyet seluas ± 500 M (Demplot). 3. Terwujudnya pengendalian monyet ekor panjang dan penerapan metode pembuatan percontohan budidaya pertanian anti monyet dengan skala luasan kelompok tani. 4. Meningkatkan produktifitas hasil pertanian dengan pengendalian monyet ekor panjang dan penerapan metode pembuatan percontohan budidaya pertanian anti monyet dengan skala luasan desa. 5. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan kelompok tani sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan.
1. Manfaat bagi kelompok petani: a. Perlindungan tanaman: Melalui upaya pemberdayaan kelompok tani, petani dapat belajar tentang metode dan strategi pengendalian hama yang efektif untuk mengatasi serangan monyet ekor panjang. Mereka dapat menggunakan pengetahuan lokal dan praktik tradisional untuk melindungi tanaman mereka, mengurangi kerugian hasil panen, dan meningkatkan produktivitas pertanian. b. Peningkatan pendapatan: Dengan adanya perlindungan tanaman yang lebih baik, petani dapat menghasilkan panen yang lebih melimpah. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan mereka dan mengurangi tingkat kemiskinan di komunitas pertanian. 2. Manfaat bagi pemerintah: a. Peningkatan ketahanan pangan: Melalui pemberdayaan kelompok tani, pemerintah dapat mendukung peningkatan produksi pertanian secara lokal. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan meningkatkan ketahanan pangan di tingkat nasional. b. Pengurangan kemiskinan: Dengan membantu petani meningkatkan pendapatan mereka melalui pemberdayaan kelompok tani, pemerintah dapat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan. Ini juga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat setempat. 3. Manfaat bagi pelaku usaha: a. Potensi pasar yang lebih baik: Dengan meningkatnya produksi pertanian melalui pemberdayaan kelompok tani, pelaku usaha dapat memiliki akses yang lebih baik ke pasokan bahan baku pertanian. Hal ini dapat menciptakan peluang bisnis baru dan meningkatkan keberlanjutan bisnis mereka. b. Kemitraan yang berkelanjutan: Melalui kerja sama dengan kelompok tani yang diberdayakan, pelaku usaha dapat membangun hubungan kemitraan yang berkelanjutan. Mereka dapat memasarkan produk pertanian secara langsung dari petani atau mengembangkan rantai pasokan yang lebih efisien. 4. Manfaat bagi media massa: a. Narasi positif: Media massa dapat memberikan liputan tentang upaya pemberdayaan kelompok tani yang berhasil mengatasi serangan monyet ekor panjang. Ini dapat menginspirasi komunitas lain dan meningkatkan kesadaran akan solusi berbasis kearifan lokal dalam menghadapi tantangan pertanian. b. Penyebaran informasi: Media massa dapat berperan penting dalam menyebarkan informasi tentang teknik dan strategi pengendalian hama yang efektif kepada petani yang terdampak. Hal inidapat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani dalam menghadapi serangan monyet ekor panjang. 5. Manfaat bagi lingkungan: Konservasi habitat: Dalam upaya mengatasi serangan monyet ekor panjang, pemberdayaan kelompok tani juga dapat mempromosikan perlindungan dan konservasi habitat alami yang menjadi rumah bagi monyet tersebut. Ini dapat mendukung keanekaragaman hayati dan menjaga keseimbangan ekosistem. 6. Manfaat bagi Akademisi: a. Terbuka peluang bagi akademi untuk mengembangkan ilmu dan teknologi pertanian b. Sebagai bentuk tanggung jawab dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Jumlah populasi Monyet Ekor Panjang dapat dikendalikan sehingga para petani dapat menikmati hasil panen dari tanaman mereka dan dapat meningkatkan pendapatan perekonomian. Produksi pertanian semakin meningkat sehingga ketahanan pangan pun dapat meningkat.